Berbicara dengan wanita cantik, memang menyenangkan bagi pria normal. Terlebih lagi jika terdapat banyak kesamaan terutama minat atau hobi, maka pembicaraan akan menjadi lebih menarik dan menyenangkan. Adakah pengaruh pada tubuh (kesehatan), berikut pendapat para ilmuwan melalui hasil penelitiannya.
Para ilmuwan mengatakan, berbicara dengan wanita yang cantik dan menarik bisa membuat pria merasa nyaman, karena pada saat itu terjadi peningkatan hormon testoteron dan kortisol. Hormon testoteron dan kortisol bersama-sama memberikan efek pada rasa kewaspadaan dan kebahagiaan. Namun bergaul dengan teman pria yang lain memberikan efek yang berlawanan, karena terjadi pengurangan hormon testoteron dan kortisol. Dan hasil penelitian menunjukkan bahwa berbicara dengan teman wanita yang cantik dan menarik memberikan efek yang lebih baik daripada pergi bersenang-senang dengan teman-teman sesama pria. Tentu saja hasil penelitian ini tidak berlaku pada pria homoseksual.
Penelitian di University of California, yang dipublikasikan dalam Proceedings of the Royal Society B, dilakukan untuk melihat apakah mating response (respon perkawinan) pada hewan juga terjadi pada manusia. Penelitian tersebut dilakukan pada relawan 149 pria normal berusia antara 18 tahun sampai 24 tahun. Dengan cara, sepertiga dari relawan tersebut berinteraksi dengan sesama pria, sedangkan sisanya berinteraksi dengan relawan wanita muda yang berusia antara 18 tahun sampai 22 tahun. Setelah 5 menit berinteraksi dengan para wanita, para pria diminta untuk menilai daya tarik fisik wanita-wanita tersebut dengan nilai antara 1 sampai 7. Rata-rata nilai para wanita tersebut adalah 5,83 (menunjukkan bahwa wanita-wanita tersebut menarik secara fisik).
Selanjutnya setelah 20 - 40 menit berinteraksi, para relawan diminta untuk berkumur sebelum diambil sampel air liur ke dalam botol. Dari sampel air liur tersebut, peneliti menemukan bahwa hanya 5 menit berbicara dengan seorang wanita cantik dan menarik, terdapat peningkatan hormon testoteron sebesar 14% dan peningkatan kortisol sebesar 48%. Sedangkan yang berinteraksi dengan sesama pria, terjadi penurunan tingkat hormon testoteron sebesar 2% dan kortisol sebesar 7%.
Fungsi testoteron, sering dihubungkan dengan libido laki-laki, kesehatan, kenyamanan, dan juga sebagai tambahan energi. Kortisol bisa meningkatkan kewaspadaan dan menenangkan saraf dalam waktu bersamaan. Sedangkan kerja testoteron dan kortisol, bersama-sama bisa meningkatkan perasaan "lebih hidup" yaitu perasaan bahagia dan semangat. Dr. James Roney, salah satu peneliti, mengatakan bahwa testoteron dan kortisol meningkat ketika berbicara dengan wanita, dan tidak terjadi ketika berbicara dengan sesama pria.
Dr. Leslie Knapp, seorang antropolog biologi di University of Cambridge, mengatakan respons tersebut merupakan respons alami dalam bersaing dan mencari pasangan. Menurutnya, "Semua bermuara pada seks. Tingkat testoteron yang tinggi dikaitkan dengan peningkatan kinerja seksual sedangkan kortisol membantu memfokuskan energi dan berhubungan dengan kecemasan".
Pada pria, kadar testoteron puncaknya terjadi pada usia awal dua puluhan, dan kemudian secara bertahap berkurang. Pria yang sudah menikah memiliki kadar testoteron yang lebih rendah daripada mereka yang masih bujang. Itulah alasan mengapa masih banyak pria yang sudah beristri, namun masih suka "main perempuan". Hanya satu alasan, karena mencari sensasi "lebih hidup".
Para ilmuwan mengatakan, berbicara dengan wanita yang cantik dan menarik bisa membuat pria merasa nyaman, karena pada saat itu terjadi peningkatan hormon testoteron dan kortisol. Hormon testoteron dan kortisol bersama-sama memberikan efek pada rasa kewaspadaan dan kebahagiaan. Namun bergaul dengan teman pria yang lain memberikan efek yang berlawanan, karena terjadi pengurangan hormon testoteron dan kortisol. Dan hasil penelitian menunjukkan bahwa berbicara dengan teman wanita yang cantik dan menarik memberikan efek yang lebih baik daripada pergi bersenang-senang dengan teman-teman sesama pria. Tentu saja hasil penelitian ini tidak berlaku pada pria homoseksual.
Penelitian di University of California, yang dipublikasikan dalam Proceedings of the Royal Society B, dilakukan untuk melihat apakah mating response (respon perkawinan) pada hewan juga terjadi pada manusia. Penelitian tersebut dilakukan pada relawan 149 pria normal berusia antara 18 tahun sampai 24 tahun. Dengan cara, sepertiga dari relawan tersebut berinteraksi dengan sesama pria, sedangkan sisanya berinteraksi dengan relawan wanita muda yang berusia antara 18 tahun sampai 22 tahun. Setelah 5 menit berinteraksi dengan para wanita, para pria diminta untuk menilai daya tarik fisik wanita-wanita tersebut dengan nilai antara 1 sampai 7. Rata-rata nilai para wanita tersebut adalah 5,83 (menunjukkan bahwa wanita-wanita tersebut menarik secara fisik).
Selanjutnya setelah 20 - 40 menit berinteraksi, para relawan diminta untuk berkumur sebelum diambil sampel air liur ke dalam botol. Dari sampel air liur tersebut, peneliti menemukan bahwa hanya 5 menit berbicara dengan seorang wanita cantik dan menarik, terdapat peningkatan hormon testoteron sebesar 14% dan peningkatan kortisol sebesar 48%. Sedangkan yang berinteraksi dengan sesama pria, terjadi penurunan tingkat hormon testoteron sebesar 2% dan kortisol sebesar 7%.
Fungsi testoteron, sering dihubungkan dengan libido laki-laki, kesehatan, kenyamanan, dan juga sebagai tambahan energi. Kortisol bisa meningkatkan kewaspadaan dan menenangkan saraf dalam waktu bersamaan. Sedangkan kerja testoteron dan kortisol, bersama-sama bisa meningkatkan perasaan "lebih hidup" yaitu perasaan bahagia dan semangat. Dr. James Roney, salah satu peneliti, mengatakan bahwa testoteron dan kortisol meningkat ketika berbicara dengan wanita, dan tidak terjadi ketika berbicara dengan sesama pria.
Dr. Leslie Knapp, seorang antropolog biologi di University of Cambridge, mengatakan respons tersebut merupakan respons alami dalam bersaing dan mencari pasangan. Menurutnya, "Semua bermuara pada seks. Tingkat testoteron yang tinggi dikaitkan dengan peningkatan kinerja seksual sedangkan kortisol membantu memfokuskan energi dan berhubungan dengan kecemasan".
Pada pria, kadar testoteron puncaknya terjadi pada usia awal dua puluhan, dan kemudian secara bertahap berkurang. Pria yang sudah menikah memiliki kadar testoteron yang lebih rendah daripada mereka yang masih bujang. Itulah alasan mengapa masih banyak pria yang sudah beristri, namun masih suka "main perempuan". Hanya satu alasan, karena mencari sensasi "lebih hidup".