Selasa, 12 Mei 2015

Misteri Dibalik Kota Naga di Aceh

Misteri Dibalik Kota Naga di Aceh 
 
Ada sebuah kota yang harus Anda kunjungi ketika berkunjungi ketika berkunjung ke Provinsi Aceh, yaitu kota Tapaktuan. Kota yang terletak di pesisir selatan pantai Aceh ini menyimpan sebuah legenda naga yang menarik dan wisata bahari yang belum banyak diketahui.


Ibu kota Aceh Selatan ini berada di ketinggian 500 meter di atas permukaan laut yang membuatnya beriklim tropis basah. Datanglah ke kota ini dan Anda akan dibuat kagum dengan keindahan alam yang menawan, gugusan pantai berkarang, dan teluknya yang menakjubkan. Di kota ini, terdapat beberapa tempat wisata yang patut Anda kunjungi seperti Pantai Teluk Tapaktuan, Pantai Labuhan Haji, Wisata Air Dingin, Panorama Hatta, Pulau Dua, Genting Buaya, Ia Sejuk Panjupian, Air Terjun Twi Lhok, Batu Berlayar, atau Gua Kalam.

Saat Tsunami tahun 2004, kota dengan luas 92,68 kilometer persegi ini terlindungi oleh Pulau Simeulue. Ombak dahsyat yang menerjang terpecah oleh Pulau Simeulue sehingga berkurang intensitasnya ketika sampai di pesisir pantai. Wilayahnya yang strateis dengan pelabuhan alam menjadikan kota ini basis ekonomi kelautan provinsi Aceh.


Kota dengan penduduk 22,343 jiwa ini juga dikenal dengan sebutan Kota Naga. Nama misterius ini berasal dari sebuah Legenda Putri Naga dan Tuan Tapa. Legenda ini menceritakan tentang sepasang naga yang tinggal di sebuah teluk yang kini menjadi Tapaktuan. Kedua naga ini diusir dari Tiongkok karena tidak memiliki anak. Suatu ketika kedua naga ini menemukan sesosok bayi perempuan terapung di lautan yang kemudian mereka besarkan dengan kasih sayang hingga bayi tersebut tumbuh menjadi gadis yang cantik.

Suatu ketika, sebuah kapal dari kerajaan Asralanoka di India Selatan datang mencari bayinya yang hilang dan jatuh ke laut 17 tahun yang lalu. Ketika sang raja mengenali gadis itu sebagai bayinya yang hilang, ia meminta kepada naga untuk mengembalikannya, namun sepasang naga itu menolak dan timbul perkelahian diantara mereka.

Perkelahian di lautan tersebut rupanya mengusik seorang petapa misterius yang tinggal dan bertapa di Gua Kalam. Petapa misterius yang dikenal dengan nama Tuan Tapa tersebut kemudian segera melerai perkelahian mereka dan meminta sepasang naga untuk mengembalikan sang gadis. Namun kedua naga tersebut menolak dan menantang Tuan Tapa untuk bertarung. Maka terjadilah perkelahian di laut yang membuat kedua naga tersebut kalah. Gadis tersebut kemudian dikembalikan kepada orang tuanya.

Gadis tersebut kemudian mendapat julukan Putri Naga dan kembali bersama orang tuanya. Namun mereka tidak kembali ke kerajaan Asralanoka dan memilih untuk menetap di pesisir. Mereka inilah yang diyakini menjadi cikal bakal masyarakat Tapaktuan.

Naga jantan mati dengan tubuh hancur berserakan dan darah berceceran. Hati dan tubuh naga yang hancur menjadi batu-batuan hitam berbentuk hati yang kini dikenal sebagai Batu Itam, Anda bisa melihat bekasnya di sisi pantai. Darah naga yang membeku juga menjadi batu yang kemudian dikenal sebagai Batu Merah. Sisa pijakan kaki Tuan Tapa misterius juga masih terlihat di pinggir pantai, sementara itu tongkat dan sorbannya juga membatu beberapa ratus meter dari kedua tapak kaki sang petapa.

Naga betina yang melihat pasangannya tewas mengamuk dan membelah sebuah pulau menjadi dua yang sekarang disebut sebagai Pulau Dua. Sedangkan pulau terbesar dihancurkan hingga menjadi 99 buah pulau kecil yang kini menjadi gugusan pulau yang disebut sebagai Pulau Banyak.
Tuan Tapa misterius diceritakan meninggal pada Ramadhan tahun 4 Hijriyah. Jasadnya dimakamkan dekat Gunung Lampu di depan Mesjid Tuo, Gampong padang, Kelurahan Padang, Kecamatan Tapaktuan. Makam keramat tersebut masih ramai oleh peziarah dari dalam dan luar negeri.
Tak ada lagi yang lebih menyenangkan dari berlibur sambil melihat sisa-sisa legenda yang berusia tua.


http://forum.viva.co.id/showthread.php?t=1853056
loading...

Artikel Terkait

Posting Terbaru