Pada tahun pertama SMA pandangannya tertuju kepada sebuah nama yang tertulis di buku teman sebangkunya. Dia bertanya tentangnya, lalu dijawab, “Ini adalah nama kekasihku.”
Gadis, “Bagaimana kamu mengenalnya?”
Teman, “Dari telepon.”
Gadis, “Bagaimana caranya?”
Teman, “Ah, kuno, tidur melulu. Kita coba nomor asal-asalan. Jika yang menerima adalah seorang pemuda maka kita ngobrol, menjalin hubungan dengannya. Kalau dia jelek, ya tinggal saja. Cari yang lain, yang tampan dan memiliki kata-kata manis.”
Gadis, “Apa hubunganmu hanya sebatas telepon?”
Teman, “Jangan meragukanku. Tentu saja hanya telepon. Cuma sekedar ngobrol menghabiskan waktu.”
Setiba di rumah, gadis itu mencoba keberuntungannya. Di sisi lain seorang serigala telah menantinya. Serigala ini berhasil menyeretnya jatuh cinta kepadanya. Akan tetapi gadis ini belum merasa cukup. Dia mencoba lagi untuk yang kedua, ketiga, keempat kalinya dan seterusnya sampai dia berhasil menyaingi temannya. Ia punya banyak pemuda yang mengaguminya dan punya banyak nomor telepon. Kebiasaan buruk ini mengalir di dalam darahnya. Dia selalu berada di kamar yang pintunya terkunci rapat. Berjam-jam dia berbicara lewat telepon. Selesai dari si Anu, pindah ke si Fulan hingga tidurnya menjelang fajar.
Seorang pemuda datang kepada keluarganya untuk melamarnya. Seorang laki-laki yang tidak kurang suatu apapun. Dia mengaguminya juga keluarganya. Keluarga menerima lamarannya sebagaimana dia juga mengiyakannya.
Akan tetapi wanita ini tidak membuang kebiasaan buruknya. Bulan madu belum selesai, tapi dia telah kembali mengulang kebiasaan lamanya.
Saudara suaminya, iparnya, memperhatikan kebiasaan ini. Dia bertambah yakin manakala di ujung sana pesawat telepon diangkat. Ipar ini merekam pembicaraannya dengan teman-teman laki-lakinya selama sebulan. Setelah itu ipar ini menemuinya dan mengancamnya dengan kaset tersebut. Dia memohon. Ipar ini bersedia memberikannya dengan syarat dia harus memberinya kenikmatan. Dia setuju maka perbuatan nista pun terjadi. Akan tetapi ipar ini tidak memberikan kaset itu. Dia berhasil menguasainya berkali-kali dengan senjata kaset itu. Kemudian ipar ini mengancam akan membongkar rahasia, kecuali jika dia bersedia melayani temannya kali ini.
Di bawah ancaman, diapun menyetujuinya. Dia disetorkan kepada temannya. Suaminya pulang dan tidak mendapati istrinya di rumah. Ashar, Maghrib dan Isya’ berlalu sudah. Bahkan fajar hari berikutnyapun sang istri belum juga pulang.
Iparnya khawatir lalu dia mengontak temannya untuk menanyakan keadaannya. Temannya bilang kalau dia belum puas menidurinya, padahal perbuatan nista telah dilakukan berulang kali. Ipar ini memberitahukan jika dia memulangkannya sekarang, niscaya aib ini akan terbongkar. Di sinilah setan memainkan peranannya. Keduanya bersepakat untuk menutupi jejak dengan jalan menghabisi dan menguburnya.
Akan tetapi perkara ini akhirnya terbongkar juga. Si ipar dan temannya ditangkap, hanya saja setelah ‘Kapak membelah kepala’. Nama baik keluarga istri dan nama baik keluarga suami telah tercoreng, terbenam dalam lumpur. Mereka tidak mampu, kecuali hanya menunduk di hadapan masyarakat.
Ini kisah nyata bukan khayalan. Penyebabnya adalah pendidikan yang salah terhadap anak gadis. Orang tua memberikan kebebasan sepenuhnya tanpa pengawasannya, tanpa penanaman nilai-nilai, tanpa penanaman rasa takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan rasa malu. Kisah ini juga merupakan pelajaran bagi orang yang hanya memilih ketampanan saja, melebihi agama dan akhlak mulia. Bel peringatan membangunkan para orang tua dari pertemuan yang buruk bagi anak-anak mereka.
Adakah kita mengambil pelajaran dan berhati-hati?
Hikmah : Wahai wanita Islam, sebuah fitnah besar telah dirancang demi mengubah dirimu, bermain-main dengan tubuh dan kehormatanmu. Kisah nyata ini adalah fakta besar. Betapa gadis-gadis muslimah di negeri-negeri Islam yang memegang tradisi tidak keluar rumah kecuali untuk keperluan syar’i bisa terenggut kesuciannya oleh para pemuda yang hatinya keras, gelap dan busuk. Berlindunglah kepada Tuhanmu! Karena tidak ada yang dapat menyelamatkanmu kecuali Allah Ta’ala. (syahida)
Baca Selengkapnya → Kisah Nyata : Telepon Pembunuh
loading...