Dijual biji jagung Popcorn ukuran: 1. 200 gram = Rp. 8.000,- 2. 250 gram = Rp. 10.000,- 3. 500 gram = Rp. 20.000,- 4. 1000 gram = Rp. 40.000,- Bagi yang berminat hubungi : 089652569795 / pin bb: 7dfe719a / hubungi email : ricky_kurniawan01@yahoo.com
5 Penyebab Anak Tantrum
Oleh Plasadana | Plasadana – 3 jam yang lalu
Penulis: Heru Budhiarto
Tantrum atau sikap manipulatif biasanya muncul pada anak usia 1-3 tahun. Di masa itu, anak mudah meledakan emosi melalui teriakan, marah, menangis, hingga berguling-guling di lantai. Perilaku semacam ini kerap muncul saat keinginan anak tidak terpenuhi.
Psikolog anak, Ellen Paramitha mengatakan, pada dasarnya tantrum merupakan hal normal dalam perkembangan anak. Sebab, pada usia 1-3 tahun, anak memandang segala sesuatu menurut kacamatanya. Sehingga jika hal itu tidak berjalan sesuai kehendak, ia akan meledakan amarah sebagai jalan mengekspresikan diri.
"Walaupun bisa dikatakan normal, perilaku ini tetap perlu dikontrol," kata Ellen kepadaPlasadana.com untuk Yahoo Indonesia, Minggu 17 Agustus 2014. "Kalau dibiarkan, nantinya justru bisa berkembang menjadi perilaku agresif."
Lalu apa saja penyebab tantrum pada anak? Berikut ulasannya:
1. Orang tua tak memahami maksud anak
Ketika menginginkan sesuatu, anak biasanya menarik-narik orang tua, menunjuk, ataupun berceloteh. Kadang, cara anak mengkomunikasikan kemauan tak selalu dapat dipahami orang tua. Karena permintaan itu tidak bisa segera terpenuhi, anak pun menjadi frustasi dan mengamuk.
Ketika menginginkan sesuatu, anak biasanya menarik-narik orang tua, menunjuk, ataupun berceloteh. Kadang, cara anak mengkomunikasikan kemauan tak selalu dapat dipahami orang tua. Karena permintaan itu tidak bisa segera terpenuhi, anak pun menjadi frustasi dan mengamuk.
"Karena itu, sangat penting orang tua melakukan komunikasi dengan anak sesering mungkin. Agar terjalin ikatan saling memahami," kata dia.
2. Mengabulkan permintaan saat marah
Ketika anak berteriak dan mengamuk, orang tua biasanya mengabil jalan pintas: memenuhi permintaan anak. Sikap ini, membuat sang buah hati merekam kejadian itu dalam ingatan. Alhasil ia pun berpendapat, jika menginginkan sesuatu cukup mengeluarkan amarah.
Menurut Ellen, meski ledakan emosi anak sangat parah, jangan mengikuti kemauannya. Pun Anda sebaiknya menghindari pemberian hukuman. Cukup memberikan pengertian bahwa yang dilakukannya keliru. Gunakanlah bahasa yang lembut dan penuh kasih sayang. Sehingga anak memahami, walau salah, ia tetap mendapat perhatian orang tua. "Pelukan orang tua biasanya bisa jadi solusi mujarab," kata dia.
3. Lingkungan
Kondisi lingkungan tempat berkembang anak memiliki pengaruh besar terhadap perilaku. Bila orang tua kerap menggunakan emosi saat mengalami suatu masalah, maka anak akan mengikuti. Perlu diingat, masa kecil adalah periode anak memahami dunia melalui perilaku orang di sekitarnya. Contoh yang buruk dari orang dewasa dapat memicu anak melakukan hal serupa.
4. Kurang perhatian
Kesibukan orang tua dalam menjalani pekerjaan kadang membuat anak merasa terabaikan. Alhasil, segala upaya untuk mendapatkan perhatian ia lakukan. Seperti berteriak, menghentakan kaki, menangis, ataupun berguling-guling. Karena itu, sangat penting bagi setiap orang tua untuk selalu meluangkan waktu bermain bersama anak.
"Walaupun hanya mengajak mengobrol dan bercerita, dampaknya cukup besar bagi perkembangan psikologis mereka," kata dia.
5. Kelelahan dan lapar
Pada beberapa kasus, anak yang kelelahan ataupun sedang lapar kerap menunjukkan gejalan tantrum. Karena terlalu asyik bermain, menyebabkan hampir seluruh energinya terkuras. Anak pun mengeluarkan sikap emosianal dan sulit dikontrol.
Dalam situasi semacam ini, orang tua perlu memperhatikan jadwal aktivitas anak secara rutin. Ketika ia sudah terlihat kelelahan, segera ajak untuk beristirahat atau melakukan aktivitas yang lebih santai. "Pendekatan yang lembut dan penuh perhatian bisa mengurangi perilaku tantrum pada anak," kata dia.
https://id.she.yahoo.com/5-penyebab-anak-tantrum-125639977.html