Selasa, 19 Agustus 2014

Perbuatan Kita Menjadi Penyelamat Kita dan pertanyaan 7 pemuda Subha


Dijual biji jagung Popcorn ukuran:

1. 200 gram   = Rp. 8.000,-

2. 250 gram   = Rp. 10.000,-

3. 500 gram   = Rp. 20.000,-

4. 1000 gram = Rp. 40.000,-

Bagi yang berminat hubungi :

 089652569795 / pin bb: 7dfe719a /

 hubungi email :

 ricky_kurniawan01@yahoo.com


Perbuatan Kita Menjadi Penyelamat Kita


Yassa pāpaṁ kataṁ kammaṁ kusalanena pahīyati
Somaṁ lokaṁ pabhāseti abhā muttova candimā

Barang siapa meninggalkan perbuatan jahat yang pernah dilakukan dengan jalan berbuat kebajikan, maka ia akan menerangi dunia ini bagaikan bulan yang terbebas dari awan.
(Dhammapada 173)

Kondisi lingkungan sekitar membuat kita tahu berbagai macam hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan di alam semesta. Jika kita perhatikan betapa banyak sekali manusia yang lahir di muka bumi ini. Tahun 2012 saja jumlah penduduk hampir mencapai 7 miliyar.

Dari sekian banyak jumlah penduduk dunia tersebut masing-masing individu punya ciri-ciri fisik dan mental yang berbeda. Kalau pun ada seorang kembar yang terlahir dari satu rahim seorang ibu yang sama, tetap saja hanya bentuk fisiknya saja yang tampak mirip, namun secara mental mereka berbeda. Secara fisik dan mental tiap-tiap orang terlihat berbeda-beda. Ada yang memiliki fisik rupawan namun ada yang tidak. Ada yang bisa menikmati usia panjang namun ada yang berusia pendek. Ada yang selalu segar bugar namun ada yang sakit-sakitan. Ada yang punya pengaruh besar di lingkungannya namun ada yang terkucil. Ada yang sukses secara materi dan berkelimpahan harta namun ada yang hidup serba kekurangan. Ada yang lahir dengan kecerdasan dan kebijaksanaan tetapi ada yang agak lamban. Pernahkah kita merenungkan kenapa hal-hal tersebut bisa terjadi? Bagi kita yang sedikit banyak sudah belajar Dhamma akan tahu, itu terjadi karena berbagai macam sebab dan kondisi. Nah, pertanyaan-pertanyaan seperti ini juga pernah diajukan oleh seorang pemuda bernama Subha kepada Sang Buddha yang tertulis dalam kitab Majjhima Nikāya 135, petikan sutta tersebut adalah sebagai berikut:
"Samana Gotama, apakah alasan dan penyebabnya sehingga di antara manusia ada yang inferior dan superior? Begitu pula, ada orang yang berusia pendek dan ada yang berusia panjang, ada yang sakit-sakitan dan ada yang sehat, ada yang buruk rupa dan ada yang elok rupawan, ada yang tidak berpengaruh dan ada yang berpengaruh, ada yang miskin dan ada yang kaya, ada yang lahir di kalangan rendah dan ada yang di kalangan atas, ada yang bodoh dan ada yang bijaksana. Apakah penyebab dan kondisinya, Samana Gotama, sehingga manusia terlihat inferior dan superior?”

"Subha, makhluk-makhluk adalah pemilik perbuatan mereka sendiri, pewaris perbuatan mereka sendiri, lahir dari perbuatan mereka sendiri, terikat pada perbuatan mereka sendiri, dan terlindungi oleh perbuatan mereka sendiri. Perbuatan/tindakan itulah yang membedakan makhluk-makhluk menjadi inferior dan superior.”

Mendapatkan jawaban seperti ini Subha belum paham,  lantas dia memohon penjelasan yang lebih rinci. Kemudian Sang Buddha menjelaskan hukum sebab dan akibat yang nantinya akan dipahami oleh Subha. 
1.    Mengapa ada orang yang berusia pendek dan ada yang berusia panjang? Jalan yang membawa pada usia pendek, yaitu orang yang membunuh makhluk hidup dan berjiwa pembunuh, tangannya bernoda darah, suka berkelahi dan suka kekerasan, tidak berbelas kasih pada makhluk hidup. Sedangkan jalan yang membawa pada usia panjang yaitu meninggalkan pembunuhan, tidak melakukan pembunuhan, menyingkir dari tongkat dan senjata, dengan lembut menyebarkan belas kasih kepada semua makhluk.
2.    Mengapa ada orang yang berpenyakitan tapi di sisi lain ada yang sehat? Jalan yang membawa seseorang menjadi sakit-sakitan, yaitu orang yang suka melukai makhluk-makhluk dengan tangan, dengan bungkahan, dengan tongkat, atau dengan pisau. Sedangkan jalan yang membawa seseorang menjadi sehat, yaitu orang yang tidak melukai makhluk-makhluk dengan tangan, dengan bungkahan, dengan tongkat, atau dengan pisau.
3.    Mengapa ada orang yang lahir degan wajah buruk dan ada yang elok rupawan? Jalan yang membawa orang terlahir buruk rupa, yaitu orang yang memiliki watak pemarah dan mudah marah, bahkan bila dikritik sedikit saja dia tersinggung, menunjukkan kemarahan, kebencian, dan permusuhan. Sedangkan jalan yang membawa seseorang menjadi elok rupawan, adalah orang yang memiliki sifat sebaliknya, tidak pemarah, sabar, mudah memaafkan.
4.    Mengapa ada orang yang tidak berpengaruh dan ada yang berpengaruh? Jalan yang membawa seseorang tidak terpengaruh, yaitu orang yang bersifat iri hati, membenci, tidak senang terhadap perolehan orang lain. Sedangkan jalan yang membawa seseorang menjadi berpengaruh, yaitu orang yang mengembangkan sifat sebaliknya, ikut berbahagia atas perolehan orang lain.
5.    Mengapa ada orang yang miskin dan ada yang kaya? Jalan yang membawa seseorang menjadi miskin, yaitu orang yang kikir, tidak mau berbagi barang kebutuhan kepada para petapa dan brahmana. Sedangkan jalan membawa seseorang menjadi kaya, yaitu orang yang dermawan, gembira dalam berbagi barang kebutuhan kepada para petapa dan brahmana.
6.    Mengapa ada orang yang lahir di kalangan rendah dan ada orang yang lahir di kalangan atas? Jalan yang membawa seseorang terlahir di kalangan rendah, yaitu orang bersifat keras kepala dan sombong, tidak menghormat mereka yang patut dihormati. Sedangkan jalan yang membawa seseorang terlahir di kalangan atas, yaitu orang yang rendah hati, tidak sombong, menghormat mereka yang patut dihormati.
7.    Mengapa ada orang yang bodoh dan ada orang yang bijaksana? Jalan yang membawa seseorang terlahir sebagai orang bodoh adalah orang yang tidak mau mengunjungi para petapa atau brahmana untuk menanyakan hal-hal mana yang patut dilakukan dan hal-hal apa yang tidak patut dilakukan. Sedangkan jalan yang membawa seseorang menjadi bijaksana, yaitu orang yang suka mengunjungi para petapa dan brahmana, menanyakan hal-hal apa yang patut dilakukan dan hal-hal apa yang tidak patut dilakukan.

Kepiawaian Sang Buddha dalam menjawab pertanyaan, membuat pemuda Subha mengerti sebab-sebab kenapa kelahiran tiap-tiap orang tidak ada yang sama, sehingga dia mempunyai keyakinan kuat dan pergi berlindung pada Tiratana.

Semoga Dhamma yang telah dipelajari dan dipraktikkan akan menjadi kondisi untuk terwujudnya kebaikan dan kebahagiaan. Oleh karena itu mulailah dari sekarang pupuk perbuatan yang baik dalam kehidupan ini dan jadikanlah Dhamma sebagai pedoman hidup kita. Semoga selalu maju dalam Dhamma.

Sumber: 
Dhammapada 173 & Sutta Pitaka, Majjhima Nikāya 135.

http://www.dhammacakka.org/?channel=ceramah&mode=detailbd&id=348
loading...

Artikel Terkait

Posting Terbaru