Jumat, 08 Agustus 2014

Kondisi-Kondisi Bagi Kebijaksanaan (Angutara Nikaya 3 Bab Delapan No. 153 : Kondisi-Kondisi Bagi Kebijaksanaan )

Dijual biji jagung Popcorn ukuran:
1. 200 gram   = Rp. 8.000,-
2. 250 gram   = Rp. 10.000,-
3. 500 gram   = Rp. 20.000,-
4. 1000 gram = Rp. 40.000,-

Bagi yang berminat hubungi : 089652569795 / pin bb: 7dfe719a / hubungi email : ricky_kurniawan01@yahoo.com

Kondisi-Kondisi Bagi Kebijaksanaan
Para bhikkhu, ada delapan penyebab dan kondisi untuk memperoleh kebijaksanaan yang amat mendasar bagi kehidupan suci yang belum diperoleh, serta untuk menyebabkan, meningkatnya, matangnya, dan terpenuhinya perkembangan kebijaksanaan yang belum diperoleh. Apakah yang delapan itu?

Di sini, seorang bhikkhu hidup bergantung pada Guru atau pada bhikkhu lain yang berfungsi sebagai guru dan guru ini telah menumbuhkan di dalam dirinya pengertian yang tajam tentang malu secara moral dan takut secara moral serta memperlakukannya dengan penuh kasih dan hormat. Inilah penyebab dan kondisi pertama untuk memperoleh kebijaksanaan yang amat mendasar bagi kehidupan suci ………………

Sementara dia hidup bergantung pada guru-guru itu, secara berkala dia mendatangi mereka dan bertanya: “Bagaimana mengenai hal ini, Yang Mulia? Apakah artinya ini ?” Maka para guru  yang mulia itu kemudian menjelaskan apa yang belum jelas, menerangkan apa yang masih samar, dan menghapus kebingungannya tentang hal-hal yang membingungkan. Inilah penyebab dan kondisi kedua untuk memperoleh kebijaksanaan yang amat mendasar bagi kehidupan suci.…………

Setelah mempelajari Dhamma, dia hidup dengan menarik diri dalam dua hal: Menarik diri secara lahiriah dan menarik diri secara batiniah. Inilah penyebab dan kondisi ketigauntuk memperoleh kebijaksanaan yang amat mendasar bagi kehidupan suci……….

Dia luhur, terkendali sesuai peraturan Patimokkha, sempurna di dalam tindakan dan pikiran, melihat bahaya pada kesalahan terkecil sekalipun. Setelah mengambil peraturan-peraturan latihan, dia melatih diri di dalamnya. Inilah penyebab dan kondisi ke empatuntuk memperoleh kebijaksanaan yang amat mendasar bagi kehidupan suci…………………..

Dia telah banyak belajar, mengingat apa yang telah dia pelajari, dan mengukuhkan apa yang telah dia pelajarinya itu. Ajaran-ajaran itu baik pada awalnya, baik pada pertengahannya, dan baik pada akhirnya, dengan arti dan penuturan yang tepat, dan meneguhkan kehidupan suci yang sepenuhnya utuh dan murni-Ajaran-ajaran seperti inilah yang telah banyak dipelajari, dihafal, diulang secara lisan, diteliti dengan pikiran, dan diserap dengan baik lewat pandangannya. Inilah penyebab dan kondisi kelima untuk memperoleh kebijaksanaan yang amat mendasar bagi kehidupan suci…………………..

Dia penuh semangat; dia hidup dengan semangat yang diarahkan untuk meninggalkan setiap hal yang tidak bajik dan memperoleh apapun yang bajik; dia mantap dan kuat di dalam usahanya, tidak kendor di dalam menjalankan yugasnya yang berhubungan dengan sifat-sifat bajik. Inilah penyebab kondisi ke enam untuk memperoleh kebijaksanaan yang amat mendasar bagi kehidupan suci…………………..

Ketika berada di tengah Sangha, dia tidak terlibat di dalam pembicaraan kosong yang tak berujung pangkal. Dia sendiri bisa berbicara tentang Dhamma, atau meminta orang lain untuk melakukannya, atau tetap diam tidak berbicara. Inilah penyebab dan kondisi ketujuh untuk memperoleh kebijaksanaan yang amat mendasar bagi kehidupan suci…………………..

Dia hidup dan mengamati muncul dan lenyapnya lima khanda yang menjadi subjek kemelekatan: “Beginilah badan jasmani, beginilah munculnya, dan beginilah lenyapnya; beginilah perasaan …. beginilah persepsi …. Beginilah bentukan-bentukan pemikiran ….. beginilah kesadaran, beginilah munculnya, dan beginilah lenyapnya.” Inilah penyebab dan kondisi kedelapan untuk memperoleh kebijaksanaan yang amat mendasar bagi kehidupan suci…………………..

Karena delapan alasan inilah maka sesama bhikkhu menghargainya sebagai orang yang benar-benar mengetahui dan benar-benar melihat, dan sifat-sifat ini mengarah pada cinta kasih, penghargaan, keserasian, dan persatuan.

Inilah, para bhikkhu, delapan penyebab dan kondisi untuk memperoleh kebijaksanaan yang amat mendasar bagi kehidupan suci yang belum diperoleh, serta untuk menyebabkan meningkatnya, matangnya, dan terpenuhinya perkembangan kebijaksanaan yang telah terperoleh.

(Angutara Nikaya 3 Bab Delapan No. 153 : Kondisi-Kondisi Bagi Kebijaksanaan )

loading...

Artikel Terkait

Posting Terbaru