Minggu, 17 Juli 2016

Bidadari Telaga Legenda Tolitoli - bagian Akhir

Bidadari Telaga Legenda Tolitoli - bagian Akhir

Singkat cerita akupun pergi meninggalkan gadis itu, dan mencari tempat kemahku yang telah ku ketahui arahnya, yaitu arah matahari anak tenggelam yaitu arah barat, gadis itu hanya berdiri mematung melihat kepergianku, aku bergegas berlari ke arah kemah, sampai di kemah betapa terkejutnya aku, melihat semua teman-temanku tergeletak bersimpah darah, bahkan salah satu temanku kakinya putus, aku berlari menghampiri mereka dan berteriak.
Aku “ada apa ini, ada apa dengan kalian”


Dan salah satu temanku menjawab, ternyata mereka diserang binatang buas sejenis anjing, aku bingung bagaimana bisa 7 orang kalah melawan anjing, namun mereka semua terluka, dan dari 7 orang temanku semuanya diserang di bagian kaki, sehinggga mereka tidak bisa berjalan sama sekali, aku panik harus berbuat apa, salah satu temanku bicara.
tadi subuh kami diserang binatang itu, mereka banyak sekali, disini terlalu berbahaya, kita harus pergi


 dan temanku yang lain juga setuju dengan hal itu, namun dengan kondisi mereka, kami tidak bisa pergi disini hanya aku yang bisa berjalan, aku mengikat dan menyumbat luka-luka di kaki teman-temanku, dan saat itu juga salah satu temanku memberikan saran.
“karena hanya kamu yang bisa berjalan, sebaiknya kamu cepat turun ke kota mencari bantuan”
Tanpa pikir panjang aku langsung setuju, dan berlari menuruni bukit, aku terus berlari, jarak dari kota ke kemah sekitar 3 jam kalau mendaki, namun kalau menurun akan lebih cepat, apalagi aku berlari, hampir 1,5 jam perjalanan akhirnya aku sampai di pemukiman terdekat, dan aku langsung berteriak meminta tolong ke semua orang, setelah sedikit bercerita, penduduk setempat mengumpulkan para pemuda dan beberapa perlengkapan.

Kami sesegera mungkin berangkat menuju teman-temanku yang terluka, tapi perjalanan memang sangat jauh, kami bahkan membutuhkan waktu hampi 3 jam untuk persiapan dan perjalanan, sehingga pas tengah hari kami baru sampai di kemah, untung saja teman-temanku masih bertahan, kami langsung memberikan pertolongan pertama, dan juga membuat tandu darurat untuk membawa teman-temanku kembali ke kota, hampir sore hari kami baru berhasil sampai di kota, kami langsung membawa teman-temanku ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan pertolongan, semua keluarga kami kabari dan mereka langsung datang ke rumah sakit, dan keluargaku juga datang.

Tanpa terasa waktu hampir magrip, semua sudah tenang, meskipun teman-temanku terluka parah, namun mereka masih sempat di selamatkan, dan mereka menceritakan kejadian itu kepada para posili yang datang, mereka bercerita bahwa mereka di serang binatang aneh mirip anjing ketika sedang istirahat kelelahan karena mencariku yang hilang di hutan. Aku jadi merasa menyesal dan bersalah, namun saat itu juga aku baru ingat dengan janjiku untuk memabawa gadis telaga.

Tanpa pikir panjang aku langsung melepas infus, dan bersiap untuk kembali ke bukit untuk menjemput gadis telaga, namun adikku bertanya, “Kakak mau kemana..?” dan kujawab bahwa aku akan pergi ke bukit untuk menjemput salah satu temanku, namun adikku malah berteriak memanggil ayahku, dan merekapun berkumpul, bahkan para polisi yang masih disitu juga ikut berkumpul, aku menceritakan semuanya, dan sebab itulah aku akan kembali ke gunung.

Namun meski dengan ceritaku itu, tidak ada yang percaya, karena mereka bertanya kepada teman-temanku, hanya ada kami berdelapan, dan tidak ada orang lain lagi. Walaupun begitu polisi tetap akan pergi kebukit, karena khawatir kalau masih ada orang dan khawatir kalau orang tersebut diserang oleh binatang yang menyerang teman-temanku. Aku bersikeras untuk ikut, namun orang tuaku tidak mengizinkanya, akupun diikat di tempat tidur pasien, padahal aku tidak mengalami luka sedikitpun, ayah dan kakak laki-laki ku berjaga disampingku dan tidak mengizinkanku untuk pergi.
Aku gelisah dan bingung harus bagaimana, aku hanya bisa memberitahu lokasi tempat dimana gadis telaga itu berada kepada polisi yang akan naik ke bukit, entah mengapa aku terasa mengantuk sekali, ini adalah malam pertama di bulan ramadhan, ini bulan perawan.

Keesokan paginya sebagian polisi telah kembali, dan mereka bilang mereka tidak menemukan apapun, bahkan mereka tidak menemukan lubang air tempat batu gadis itu berada, yang ada hanya hutan dan bukit terjal. Meskipun begitu mereka masih tetap mencari, dan karena aku sudah sehat, aku di ajak naik untuk menujukkan tempat gadis itu, dengan pengawalan beberapa polisi dan tim pemadam.
Kami telah sampai pada tempat aku menemukan gadis itu, namun tidak ada apapun disitu, hanya ada pepohonan yang mirip dengan pohon bakau, lubang air tempat batu itupun tidak ada, semuanya sudah benar-benar berubah, yang sama hanya pepohonan yang mirip pohon bakau, bahkan para pemadam dan polisipun bingung, karena pohon seperti itu seharusnya tinggal di danau atau di pinggir laut, bukan di atas bukit terjal.

Aku tidak putus asa dan terus mengelilingi tempat itu, bahkan pihak pemadam telah minta bantuan helicopter untuk mencari tempat itu dari atas, namun tetap tidak ditemukan. Hampi satu minggu kami terus mencari, namun tidak ditemukan juga. Dan pihak berwenang juga sudah menghentikan pencarian, ada pula yang bilang bahwa itu adalah ulah setan yang sengaja menyesatkanku, ada juga yang bilang itu hanya halusinasiku karena terlalu lelah ketika berlari tersesat di tengah hutan yang gelap, namun aku tetap percaya bahwa telaga itu ada, lubang dengan batu di tengahnya itu juga ada, dan gadis telaga itu tentunya nyata.


Sampai saat ini masih sering orang biasa atau pendaki yang tidak sengaja menemukan telaga itu, mereka bilang ada sesosok gadis yang selalu menangis, namun mereka tidak bisa melihat atau menemukanya, sedangkan aku sendiri sudah berulang kali kembali kesana, sengaja mendaki untuk mencarinya, namun tidak pernah menemukanya. Kono kata kakek dari temanku, gadis itu hanya bisa dijumpai sebelum bulan perawan bulan ramadhan, tapi aku belum juga bisa menemukan dimana telaga itu sebenarnya

loading...

Artikel Terkait

Posting Terbaru