Kamis, 09 Juli 2009

Ini Dia Biang Kekalahan JK-Wiranto

JAKARTA, KOMPAS.com — Menurut Zulfahmi, ketua tim program hitung cepat Lembaga Riset Informasi, salah satu penyebab kekalahan pasangan JK-Wiranto adalah konstituen Partai Golkar tidak solid.

Sebanyak 43 persen konstituen Partai Golkar memberikan suara ke pasangan Kalla-Wiranto. Jumlah itu nyaris berimbang dengan konstituen Golkar yang memberikan suara ke pasangan Yudhoyono-Boediono, yakni 39 persen

Hal serupa dilakukan konstituen Partai Hati Nurani Rakyat. Sebanyak 40 persen memilih pasangan Kalla-Wiranto, sedangkan 36 persen memilih Yudhoyono-Boediono.

Pendapat serupa juga disampaikan pengamat politik Duma Socratez Sofyan Yoman di Jayapura, Kamis (9/7).

Mesin politik dari partai politik (Parpol) pendukung calon presiden M.Jusuf Kalla (JK) dan calon wakil presiden Wiranto (Win) yaitu Partai Golkar dan Partai Hanura dinilai bekerja sangat lemah.

"Kita perlu sadar,mesin politik yang menggerakkan semangat berjuang untuk memenangkan Pilpres dari pasangan JK-Win sangat lemah. JK sendiri sejak awal pencalonan dirinya menjadi Capres tidak mendapat dukungan signifikan dari elite politik parpol berlambang pohon beringin itu," kata staf pengajar Sekolah Tinggi Teologia Gereja Baptis Papua itu.

Elit politik Golkar di tingkat Pusat (DPP Partai Golkar) yang tidak sepenuhnya mendukung pencalonan JK berpengaruh sampai ke tingkat DPD Golkar di berbagai provinsi dan DPC Golkar di banyak kabupaten/kota sehingga pada akhirnya JK menuai kekalahan yang cukup telak di banyak wilayah.

Sedangkan Partai Hanura yang mengusung Wiranto menjadi Cawapres mendampingi Capres JK dinilai sebagai Parpol baru yang belum banyak dikenal rakyat sekaligus merupakan parpol kecil di tingkat nasional hingga ke daerah-daerah sehingga mesin politiknya pun belum dapat bekerja secara maksimal.

"Apabila mesin politik Golkar bekerja utuh dan maksimal maka belum tentu Pilpres berlangsung satu kali putaran," kata Socratez.

Selain itu, lanjutnya waktu sangat singkat antara Pemilihan Umum Legislatif (Pileg) dengan Pilpres. Persiapan yang kurang matang dalam waktu yang sangat singkat menjadi faktor lain dari kekalahan JK-Win.

Sementara itu, kubu JK-Wiranto mengaku bisa memahami hasil penghitungan cepat yang dilakukan sejumlah lembaga survei yang mengunggulkan SBY-Boediono. Meski begitu, mereka masih akan menunggu hasil penghitungan resmi dari KPU. Kubu JK-Wiranto juga menengarai ada sekitar 30 bentuk pelanggaran selama pilpres berlangsung.(ANT/ONO)
loading...

Artikel Terkait

Posting Terbaru