Bidadari Telaga Legenda Tolitoli - bagian 3
Aku bertanya kepadanya, siapa namanya, namun dia malah kebingungan dan tidak bisa menjawab, saat ku Tanya siapa dia dan kenapa dia basah kuyup berada di tengah telaga, dia hanya menjawab “Aku Gadis yang Dikutuk”, dan jawaban itu benar-benar membuatku merasa ketakutan, namun karena dia menjawab dengan muka imut dan lugu, aku jadi merasa sedikit tenang, minimal tidak ada taring panjang dan kuku yang mengerikan.
Karena gugup aku hampir lupa hal yang penting, yaitu kembali ke kemah, akupun menanyakan kepada gadis itu jalan menuju kota, namun dia hanya menggeleng-gelengkan kepala, aku Tanya soal tolitoli, dia juga menggeleng-gelengkan kepala, dan terakhir aku Tanya soal laut, di baru menunjuukkan arah, dan itu membuatku sedikit lega, kami hanya terdiam dan sedikit saling Tanya, aku berencana akan pergi setelah matahari terbit.
Tak berapa lama, matahari terbit dan benar apa yang di tunjuk gadis telaga itu, karena laut terletak di sebelah barat dan gunung terletak di sebelah timur, akupun memutuskan untuk kembali ke kemah, aku tak lupa mengajak gadis telaga itu, sekitar baru 5 menit berjalan gadis itu terjatuh lemas, aku bingung dan menanyakan kepadanya ada apa, namun dia hanya menggeleng-gelengkan kepala, aku membantunya berdiri dan membantunya berjalan, namun kurasa semakin jauh kami berjalan dari telaga, semakin dingin badan gadis ini, dan dia seperti bernafas semakin berat, seolah merasakan sakit yang luar biasa, aku bertanya lagi padanya,” Kamu ini sebenarnya kenapa, kenapa badamu semakin dingin, dan sepertinya kamu merasakan sakit sekali” dia hanya menjawab “Batu,,Batu danau,, ”.
Kucoba berfikir keras apa sebenarnya yang dia maksud, baru kuingat ketika pertama kali melihatnya, dia tergeletak dibatu yang terletak di bekas telaga. Tanpa pikir panjang langsung ku gendong dia dan kubawa ke arah tengah telaga, badanya benar-benar lembut, kulitnya halus “Ahh.. aku tidak boleh berfikiran tidak senonoh” namun itulah pikiranku.
Setelah sampai di lubang di tengah telaga aku berjalan sambil membawa gadis itu melewati air, airnya tidak begitu dalam hanya setinggi pinggang, namun jernih sekali, ku tidurkan gadis itu di batu tempat awal dia muncul, dan perlahan muka dan kulitnya kembali menjadi cerah kuning merona. Diapun tersenyum manis sambil masih menutup matanya, manissss,, sekali, sambil mengucapkan lirih “Terimakasih..” sehingga membuat jantungku berdetak kencang.
Namun tak berapa lama aku baru sadar, bingung harus bagaimana antara menunggu gadis telaga ini sampai bangun, atau segera pergi menuju kemah dan menyampaikan ke teman-teman, dan hati nuraniku ternyata lebih memilih menunggu gadis telaga ini, entah karena kasihan, atau aku telah jatuh cinta karena kecantikanya.
Hampir satu jam lamanya aku menunggu gadis itu hingga akhirnya dia terbangun, dan akupun duduk di sampingnya, dia menyandarkan kepalanya di bahuku, dan ini membuatku salah tingkah. Namun ku dengan dia berbicara lirih dan bertanya.
Dia “Apa aku boleh ikut denganmu,, bolehkah aku ikut denganmu ??”
Aku “Tentu saja boleh, kenapa tidak”
Dia “Tapi aku tidak bisa jauh dari batu ini,,”
Aku berfikir sejenak dan bertanya.
Aku “Jadi..? bagaimana caramu ikut denganku??”
Dia ”Kalau boleh, tunggu hingga 2 hari lagi, ketika bulan pertama kali muncul, jika aku dibawa oleh orang lain aku bisa pergi dari tempat ini”
Tanpa pikir panjang akupun setuju dengan apa yang di ucapkanya. Dan akan menunggu hingga awal bulan. Namun aku tetap penasaran dan menanyakan kenapa bisa begitu, kenapa harus menunggu awal bulan.
Aku “Kenapa harus awal bulan? Kenapa sekarang tidak bisa?”
Dia “awal bulan adalah bulan perawan, dan aku hanya diizinkan untuk pergi jika ada seorang lelaki yang membawaku ketika bulan perawan”
Aku “Sebenarnya apa yang terjadi, mengapa harus seperti itu”
Dia hanya terdiam sejenak dan menceritakan kisahnya, dan betapa terkejutnya aku ketika tau alasan dia berada di tengah danau ini. Dia adalah seorang gadis yang dikorbankan, ya menurutku dia dikorbankan bukan di kutuk. Desa itu memiliki kepercayaan yang aneh, mereka mencari gadis dengan tanda sayap di punggunya, dan kebetulan gadis inilah yang memiliki tanda tersebut, di memiliki tanda hitam kecil berbentuk sayap di punggungnya. Dan gadis ini di ikat di sebuat batu untuk persembahan, menurut kepercayaan mereka, dengan mempersembahkan gadis dengan tanda sayap di punggungnya, maka desa akan terlindung oleh orang luar, dan akan selalu aman dari gangguan apapun.
Mungkin kelelahan atau apa, dia tertidur di pahaku, dan ku usap rambutnya yang lurus panjang terurai, sambil ku tatap wajah manis yang lembut, tak terasa malampun tiba, entah mengapa aku tidak merasa lapar sama sekali, yang ada hanya rasa bahagia, akupun tertidur di batu itu, dan ketika pagi datang aku terbangun dan ku lihat gadis itu sedang asik main air di sekitar batu, sambil tertawa kecil dan anehnya burung burung kecil berterbangan disekitarnya tanpa rasa takut, semakin ku perhatikan aku semakin jatuh cinta padanya.
Aku berfikir untuk kembali ke kemah sendiri dan meninggalkanya.
Aku “Aku akan pergi sebentar untuk ke kemah, memberi kabar ke teman-temanku”
Dia “Jangan, bukanya kamu sudah berjanji untuk membawaku nanti malam”
Aku “ia aku sudah berjanji, namun aku tidak bisa membiarkan temanku khawatir dan mencariku, karena ini sudah 2 hari sejak aku hilang”
Dengan muka yang sedih, dia hanya terdiam dan menundukkan kepala, aku hanya memeluknya dan berbisik, tenang saja aku akan kembali menjemputmu.