Bidadari Telaga Legenda Tolitoli - bagian 2
Akupun memutuskan untuk masuk lebih dalam ke hutan, sekitar 15 menit berjalan, dari kejauhan kulihat cahaya emas, yaitu cahaya pantulan dari matahari tenggelam “Tapi bagaimana ada Pantulan cahaya Matahari pikirku, mana mungkin pohon memantulkan cahaya” aku langsung menuju ke tempat itu, dan ternyata kilauan cahaya yang indah, angin sejuk yang menenangkan hati, serta air yang sangat jernih, ya, aku menemukan Telaga Tersembunyi yang melegenda itu.
Dibenakku aku berfikir untuk lari kembali ke kemping, dan memberitahu ini kepada teman-temanku. Namun ak berhenti, karena hari hampir gelap maka kuputuskan untuk menikmatinya sendiri, dan memberi tahu mereka besok, karena rencana kami akan kemping selama 2 malam.
Aku terus menikmati sambil duduk sendiri di samping telaga itu, tanpa kusadari hari sudah gelap, dan cahaya emas di telaga juga sudah hilang, aku tersadar dan pergi meninggalkan telaga untuk mebali ke kemah sambil membawa sedikit kayu kering, namun sekitar 30 menit berjalan aku belum sampai di kemah, padahal tadi hanya sekitar 15 menit jarak dari kemah. Aku mulai panik dan lari lari kecil agar lebih cepat sampai, dan pada saat itu juga aku langsung berhenti dan terkejut sambil jantungku berdetak sangat kencang, antara ketakutan dan bingung harus bagaimana, bagaimana tidak ketakutan ternyata yang ada di depan mataku adalah Telaga Legenda Tolitoli yang 30 menit lalu kutinggalkan.
Kuperhatikan baik-baik telaga itu dan ternyata aku berada di seberang telaga tempat aku datang tadi, seolah-oleh aku mengelilingi dunia dan kembali ke tempat yang sama, aku ketakutan dan langsung lari keseberang telaga untuk kembali ke kemah, beberapa saat kemudian aku berhenti dan terduduk lemas, aku ketakutan dan terdiam hampir menangis, bagaimana tidak, ternyata aku telah sampai di Telaga ini lagi, dan berada di seberang tempat aku datang.
Hari sudah benar-benar gelap, langit mendung dan sudah gerimis tanda hujan akan datang. Aku mencoba untuk tenang agar bisa berfikir jernih, dalam hatiku berkata “Aku anak yang kuat, sudah terbiasa kemping di tengah hutan” jadi yang harus kulakukan adalah mencari tempat berteduh sementara, dari kejauhan kulihat ada gua yang cukup besar, aku langsung lari menuju gua itu, dan berteduh disitu.
Lelah,Lapar,Kedinginan, itulah yang kurasakan saat ini, hatiku sudah mulai tenang, karena kupikir akan ku tunggu sampai pagi agar bisa pulang. Karena hujan sudah sangat deras, Tanpa sadar aku tertidur di dalam gua itu.
Cukup lama aku tertidur akhirnya ak terbangun kulihat jam tangan, ternyata jam 4 pagi, kulihat langit dan ternyata hujan sudah berhenti, cahaya bintang menjadi satu-satunya cahaya yang menyinari hutan saat itu, aku kembali terkejut, karena kulihat tempat yang awalnya sebuah danau yang cukup luas, kini sudah kering, dan hanya ada sejenis tanaman bakau yang tumbuh lebat tidak beraturan, aku langsung belari kearah pohon bakau itu, dan benar-benar tidak ada sedikitpun air yang tersisia.
Jantungku dag dig dug ga karuan, bingung harus ngomong apa, karena pemandangan benar-sudah berubah, meskipun masih gelap aku tidak perduli, aku berkeliling bekas telaga itu, yang kini sudah menjadi tanaman sejenis bakau, sampai akhirnya aku tida di bagian tengah bekas telaga, kulihat ada lubang yang cukup besar sekitar sebesar lapangan basket, aku langsung berlari kearah lubang itu, dan betapa terkejutnya aku karena disitu kulihat ada air jernih yang ditengahnya terdapat batu cukup besar, dan di batu itu tergeletak sesosok mahluk putih, namun namun sosok itu tidak begitu asing bagiku karena itu adalah sosok gadis yang hanya memakai kain putih transparan yang basah kuyup sehingga seluruh bentuk tubuhnya terlihat dengan jelas.
Tanpa pikir panjang aku langsung berteriak untuk memanggilnya, memastikan dia manusia yang masih hidup atau manusia yang sudah mati(Hantu). “Woooiii,,,,, Ngapain Kau disitu,,” diapun bangun dengan tenang dan berjalan menuju arahku, rasanya aku mau lari dari tempat itu, tetapi kakiku kaku tidak bisa digerakkan, entah ini rasa takut, atau apa, sebab dia berjalan melewati air seolah berjalan diatas air.
Dia hanya terdiam memandangiku dari dekat, melihat seluruh tubuhku, dan tiba-tiba dia terkulai jatuh, akupun langsung panik dan lari, namun beberapa langkah aku baru berlari, aku melihat kebelakang dan gadis itu terkulai tidak bergerak, akupun berhenti dan bingung harus bagaimana.
Akhirnya aku kembali ke tempat gadis itu, wajahnya putih bersih badanya indah seperti penyanyi K-Pop Korea, namun memiliki muka khas Indonesia, ku goyang-goyang badanya dengan kaki karena aku juga masih takut, aku tidak yakin itu manusia atau apa, namun dia tidak ada respon, akhirnya ku pegang tanganya, rasanya hangat, “Ohh,, Sepertinya ini Manusia juga” itu yang ada di dalam benakku.
Saat itu juga dia membuka matanya dan dari mulutnya terdengan suara lirih, “Dingin,, Dingin,,” otomoatis reflekku sebagai lelaki muncul, ku buka jaketku dan kututupkan di badanya agar dia merasa hangat.
Singkat cerita aku dan Gadis telaga itu sudah berada di dalam gua tempat aku istirahat, gadis itu telah terbangun, namun itu justru membuatku gugup tidak karuan, karena dia terus memandangiku sambil sesekali menyentuh badanku, terkadang rambutku, terkadang tanganku. Gadis ini benar-benar manis, kulitnya mulus tanpa cacat, dan karena bajunya putih dan transparan, maka aku bisa melihat bagian kakinya dan itu membuatku semakin gugup.