Berbicara soal anak memang tidak ada habis-habisnya. Bahkan untuk para ibu yang sudah mempunyai lebih dari satu anak. Diantara hal yang sangat diperhatikan seorang ibu adalah masalah pertumbuhan sang anak tersayang termasuk dari segi berat badan. Semua ibu ingin anaknya tumbuh sehat dengan berat badan yang selalu dianggap normal, alias tidak kegemukan dan tidal terlalu kurus bila dibandingkan dengan usia dan tinggi badan. Namun, tidak semua anak akan mengikuti pola tersebut.
Banyak anak yang pada saat usia pertumbuhan sekitar 1 sampai 3 tahun ternyata berat badannya sedikit kurang dari berat rata-rata anak seumurannya. Ada yang berumur 14 bulan dengan berat "hanya" 9,2 kg -- ada yang usia 18 sampai 24 bulan bahkan hanya dengan berat 10kg. Namun sang anak-anak tersayang tidak menunjukkan hal-hal yang mencurigakan, sebaliknya mereka tetap tampil sangat ceria dan aktif, dalam kata lain, tidak berbeda dengan anak lain yang sama umurnya. Hal ini juga biasanya dikemukakan oleh para DSA, asalkan si anak sehat dan tidak ada kecurigaan dalam pertumbuhannya, maka tidak ada yang perlu terlalu dikhawatirkan. .
Walaupun demikian, bukan berarti masalah berat badan yang kurang menjadi hal yang diabaikan begitu saja. Biasanya insting dan pengamatan seorang ibu cukup berperan dalam menentukan apakah ada sesuatu yang salah dengan anak tersebut. Seperti, kecurigaan akan BAB anak yang terlalu sering setiap harinya ternyata membuktikan -- dari test laboratorioum faeces -- bahwa sang anak mempunyai kemampuan menyerap karbohidrat yang kurang dalam pencernaannya, sehingga dianjurkan oleh DSA yang bersangkutan untuk memberikan asupan ezim seperti Pancreon dan harus menghindari susu biasa untuk sementara waktu.
Rata-rata pengalaman para ibu mebuktikan bahwa berbagai vitamin seperti Kiddi, Vidaylin, Becombion, Igastrum sampai Scott Emulsion tidak semuanya benar-benar menimbulkan nafsu makan atau menambah berat badan, meskipun tetap ada yang menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan. Berangkat dari pengalaman ini, rasanya boleh dikatakan bahwa berbagai suplemen makanan tersebut memang akan membantu walaupun pola makan dan keseharian si anak juga akan sangat menentukan kenaikan berat badannya sekaligus kesehatannya.
Selain suplemen makanan yang sering dianjurkan oleh para DSA, alternatif lain adalah secara tradisional. Ada yang menyarankan bahwa lempuyang yang diolah menjadi jamu ceko'an cukup berpengaruh dalam menambah nafsu makan anak serta mengusir cacing. Lempuyang ini bentuknya persis seperti umbi jahe, hampir tidak ada bedanya. Namun kalau dicolek sedikit kulitnya maka akan tercium bau yang berbeda.
Lempuyang biasanya didapat di pasar tradisional. usul pengolahannya sendiri sebagai berikut: Ambil 1/2 (+/- 5 cm) lempuyang dan temu ireng, dikupas dan cuci. Kemudian parut dan peras. Karena agak pahit, sebaiknya diberikan ke anak dgn campuran madu. Diberikan cukup 1x seminggu. Kalau nafsu makannya sudah biasa, bisa 2 minggu sekali saja, bahkan sebulan sekali. Resep diatas untuk anak diatas 2 thn. Kalau untuk usia dibawahnya, cukup pakai lempuyang aja, takarannya juga hanya 1 sendok teh aja setiap minum.
Ada yg bilang jamu cekokan ini beresiko, bisa jadi anak malah trauma makan atau trauma minum obat karena rasanya yang amat pahit. Jadi, pemberian jamu ini sebaiknya dengan mempertimbangkan dulu mood si anak, jangan dipaksa kalau memang tidak mau. Jangan sampai hal ini malah mengganggu proses pemberian makan anak. Apalagi karena biasanya keluhan utama para ibu adalah susahnya memberi makan anak yang sudah mulai memilih-milih rasa dan makanannya.
Biasanya kesabaran ibu atau BS dalam menghadapi anak yang rewel makannya ikut menjadi andil yang menentukan naik-turunnya berat badan. Banyak pengalaman ibu yang menunjukkan bahwa semakin bertambah umur si anak, beratnya pun semakin bertambah alias sesuai dengan umurnya. Yang terpenting adalah usaha orang tua untuk memberikan asupan gizi yang terbaik serta tetap sensitif pada setiap perubahan si anak. |
|
|
|
|