Perempuan Susah Orgasme Kalau Banyak Pikiran - Ada pepatah lama dari Barat yang mengatakan organ seksual terbesar adalah pikiran. Ternyata ada benarnya, sebab pikiran atau otaklah yang merespons rangsangan seksual dan cara menanggapinya. Munculnya pikiran-pikiran negatif ketika berhubungan seks menyebabkan perempuan sulit mencapai orgasme.
Perempuan yang mengalami kesulitan mencapai orgasme saat berhubungan seks diketahui banyak memiliki pikiran negatif selama berhubungan seks. Pikiran-pikiran negatif ini bisa berasal dari kurangnya pengalaman akan hal-hal yang erotis, ketakutan akan mengalami kegagalan seksual, hingga pelecehan seksual.
“Tidak ada cara yang mudah untuk menghindari pikiran negatif. Namun, jika kita menyadari bahwa pikiran negatif itu ada, akan lebih mudah untuk belajar mengatasinya,” kata peneliti, Marta Xavier Cuntim, psikolog klinis di Portugal seperti dilansir LiveScience, Minggu (26/2/2012).
Sekitar satu dari empat perempuan mengalami kesulitan untuk mencapai orgasme selama berbulan-bulan pada satu waktu. Ketidakmampuan untuk orgasme adalah keluhan seksual perempuan yang paling umum nomor dua setelah kurangnya gairah seks.
Penelitian Xavier Cuntim ini memberi pertanyaan kepada 191 orang perempuan berusia 18 hingga 59 tahun yang aktif seksual mengenai fungsi seksualnya dan pengalaman yang dialami selama berhubungan seks.
Ada enam jenis potensi pikiran negatif yang membuat gagal orgasme:
1. Pikiran mengenai pelecehan seksual
2. Kegagalan dalam berhubungan seksual
3. Kurangnya kasih sayang dari pasangan
4. Kepasifan seksual
5. Tidak memiliki sifat erotis
6. Merasa kurang cantik atau seksi.
Kesemua pikiran negatif tersebut dapat menyebabkan kesulitan mencapai orgasme, kecuali perasaan kurang cantik atau seksi.
“Penelitian kami tidak mengungkapkan apakah kesulitan mencapai orgasme kemudian akan memicu pikiran negatif atau sebaliknya. Tetapi kondisi psikologis tertentu memang dapat menyebabkan munculnya pikiran negatif,” kata Cuntim.
Dalam laporan penelitian yang dimuat jurnal Sexologies ini, Cuntim menjelaskan bahwa perempuan yang mengalami disfungsi seksual seringkali terbebani secara mental.
Perempuan-perempuan ini memiliki kekhawatiran bahwa seks adalah hal yang buruk atau mereka memiliki tubuh yang tidak menarik. Pikiran-pikiran negatif itu meningkatkan risiko mengalami kesulitan dalam hubungan seksual.
Para perempuan dalam penelitian tidak secara resmi didiagnosis mengalami gangguan seksual. Sehingga, penelitian lebih lanjut terhadap perempuan yang benar-benar didiagnosis mengalami gangguan seksual diperlukan untuk mengkonfirmasi temuan ini.
Terapi psikologis yang disebut terapi kognitif perilaku telah teruji mampu mengobati disfungsi seksual, baik pada laki-laki maupun perempuan. Terapi kognitif untuk mengatasi masalah seksual bertujuan untuk mengubah cara pikir tentang hubungan seksual dan mencoba membantu orang menghadapi pikiran negatifnya.