Diabetes Bisa Cuma Gara-gara Malas Gosok Gigi? - Banyak dokter gigi berhasil mendeteksi penyakit diabetes seorang pasien gigi, sekalipun mungkin belum disadari oleh si pasien, yang ditandai dengan terjadinya kelainan yang terdapat di dalam rongga mulutnya. Diabetes cuma gara-gara malas gosok gigi? Apakah Anda mau mengambil risiko tersebut?
Gambaran khas penderita diabetes yang ditemukan saat pemeriksaan gigi adalah goyangan gigi dan kerusakan tulang pendukungnya yang merata di seluruh sel gigi. Sekalipun sakit gigi tidak dapat membuktikan kelainan penyakit lain secara langsung.
Apa itu diabetes melitus?
Diabetes melitus dalam istilah awam sering disebut sebagai penyakit gula, yakni penyakit di mana terjadi kekurangan hormon insulin dalam darah sehingga kadar gula dalam darah menjadi tinggi.
Lalu, apa pengaruh sakit gigi terhadap perkembangan penyakit diabetes melitus?
Sebenarnya, koneksi tersebut berasal dari kegiatan yang sangat sederhana sekali, yaitu makan. Makanan yang kita makan dan dikunyah oleh gigi akan diubah menjadi glukosa. Glukosa akan diubah menjadi glikogen dengan bantuan insulin, glikogen akan diubah menjadi glukagon. Sebagian dari glukagon akan disimpan di dalam darah dan hati.
Contoh bentuk keterikatan diabetes melitus yang dapat pula menyebabkan sakit gigi adalah makan malam. Makan malam akan meningkatkan kadar gula dalam darah secara bertahap. Kebiasaan tersebut tidak baik, apalagi bila setelah makan lupa menggosok gigi dan langsung tidur.
Berikut ini contoh sebab-akibat keterkaitan antara dua penyakit tersebut.
1. Lupa gosok gigi, lalu tertidur hingga pagi setelah makan.
Tanpa kita sadari sisa makanan yang didiamkan dalam jangka waktu panjang akan mengendap. Semakin menumpuknya endapan plak pada gigi akan membentuk karang gigi yang membuat warna gigi tidak cerah kembali, apalagi efek makanan manis yang mengandung glukosa dan zat asam.
Zat asam sangat jahat untuk kesehatan gigi. Endapan zat asam yang menguat akan mempermudah menggempur kekuatan gigi. Gigi bolong adalah salah satu hasil kejahatan zat asam.
2. Kebiasaan tidur setelah makan malam akan mengendapkan zat gula atau glukosa ke peredaran darah.
Beberapa makanan yang mengandung karbohidrat ternyata sebagian besar mengandung kadar gula. Oleh karena itu, para pengidap diabetes sangat dilarang makan malam. Pengendapan gula berlebihan inilah yang memicu terjangkitnya penyakit diabetes melitus.
3. Selain itu, kadar gula yang tinggi di dalam darah akan menyebabkan sirkulasi darah tidak begitu lancar dan sering kali diikuti dengan adanya kekentalan pada darah.
Serabut kecil pembuluh darah manusia ujung parifernya berada di ujung permukaan gusi. Keadaan inilah yang menyebabkan sirkulasi perubahan antigen di dalam tubuh. Ada produksi imunologi, seperti aktivitas kemotaksis dam netrofil yang menurun.
Keabnormalan ini ditandai dengan adanya kehilangan perlekatan gusi yang sangat cepat dan parah, disebut sebagai periodontitis agresif. Dalam kondisi ini sering ditemukan gigi-geligi yang goyang secara serempak, pada seluruh gigi yang ada. Tanda khasnya tidak adanya akumulasi plak dan kalkulus, tidak sesuai dengan kerusakan jaringan periodontal yang terjadi.
Adapun gejala utama dari diabetes, terutama di malam hari adalah:
1. Poliuria (sering buang air kecil)
2. Polidipsi (sering merasa haus sehingga banyak minum)
3. Poliphagia (sering merasa lapar
4. Lemas dan
5. Berat badan turun tanpa sebab yang jelas.
Selain gejala utama yang dialami penderita diabetes, terdapat juga kelainan di dalam mulut yang sering menyertai diabetes melitus, yaitu
1. Xerostomia (mulut terasa kering)
2. Fungsi kalenjar air liur terganggi sehingga air liur sedikit dan menyebabkan mulut berbau aseton
3. Penyakit periodontal (penyakit jaringan penyangga gigi)
4. Karena terjadi penyempitan pembuluh darah, terjadi pendarahan gusi, gusi dan rongga mulut memucat, serta infeksi pada gusi
5. Rasa berdenyut pada gigi, tanpa adanya karies gigi
6. Adanya kandidiasis alias jamur di mulut
7. Terjadinya pendiutan tulang rahang yang cepat sehingga gigi mudah goyang dan
8. Penyembuhan luka terganggu termasuk luka di dalam dan di luar rongga mulut. Hal inilah mengakibatkan radang tenggorokan dan sariawan akut.
Dengan mengetahui beberapa gejala yang berkaitan dengan komponen mulut, diharapkan kita bisa mengenali lebih dini penyakit diabetes sehingga bisa mencegah komplikasi lebih lanjut.
Sakit gigi bukanlah sesuatu yang pantas diremehkan. Sebab jika dibiarkan, kerusakan gigi serius bisa memicu timbulnya penyakit lain. Kencing manis atau diabetes merupakan salah satu dari sekian banyak penyakit yang bisa hadir akibat sakit gigi yang ditelantarkan.
Pada umumnya, orang yang memiliki penyakit diabetes biasanya punya masalah dengan gigi. Hal itu diperkuat oleh studi penelitian Amerika Serikat (AS) yang menyatakan penderita kerusakan gigi kronis bisa menjadi pengidap penyakit diabetes tipe 2. Ahli diabetes dan gigi di Inggris menyetujui hasil riset itu walau perlu penelitian lebih dalam lagi.
Bakteri mudah sekali masuk ke aliran darah dan mengganggu sistem kekebalan tubuh pada gigi yang mempunyai kerusakan parah. Sel sistem kekebalan tubuh yang rusak melepaskan sejenis protein yang di sebut cytokines. Cytokines inilah penyebab kerusakan sel pankreas penghasil insulin-hormon yang memicu diabetes.
Kondisi ini bersifat estafet ke beberapa penyakit yang sebetulnya tidak ada sama sekali. Sistem penularan paralel ini betul-betul dapat mempengaruhi kondisi saraf-saraf gigi semakin tegang dan perkembangan diabetes pun semakin bereaksi cepat.
Penemuan peneliti AS ini diumumkan saat simposium National Institute of Dental and Craniofacial Research di Marryland. Dr Anthony Lacopino, ahli gigi di Marquette University School of Density, Wisconsin mengatakan bahwa di dalam pankreas, sel yang bertanggung jawab sebagai penghasil insulin dirusak oleh kandungan cytokines yang tinggi. Jika ini terjadi sekali saja, seseorang berpeluang menderita diabetes tipe 2 walaupun orang itu sebelumnya dalam keadaan sehat.
Menurut Lacopino, tingginya kandungan kolesterol dari glukosa yang dibutuhkan tubuh merupakan faktor utama pemicu resiko diabetes bagi orang yang mengalami kerusakan gigi. Kolesterol rendah dapat menolong orang sehat untuk tidak terserang problem gangguan gigi yang mampu memicu diabetes.
Alangkah baiknya jika orang sehat ikut menjaga kesehatan giginya agar tidak berisiko terkena diabetes. Sementara itu, penderita diabetes sebaiknya mengikuti diet rendah kalori, rajin mengonsumsi obat pengatur hormon insulin, dan menjaga kesehatan gigi.
Radang gusi adalah jenis penyakit gigi yang paling ringan disebabkan oleh bakteri dalam plak. Ciri khasnya adalah bau mulut yang tidak sedap. Penyakit ini masih bisa disembuhkan, tetapi jika disepelekan tanpa perawatan yang lebih lanjut bisa berkembang menjadi penyakit gigi yang parah juga.
Plak yang menempel pada rongga antara gusi dan gigi mampu menimbulkan infeksi dan menyebabkan kasus serius. Bahkan pada stadium tertentu gigi harus dicabut.
Diabetes merupakan kondisi dimana tubuh tidak mampu meregulasi kandungan glukosa. Artinya, tekanan darah bisa menjadi sangat tinggi. Pengobatan dengan insulin bisa membantu mengontrol jumlah glukosa pada aliran darah.
Pada diabetes tipe 2, insulin diproduksi sangat sedikit sehingga tidak cukup jumlahnya untuk keperluan tubuh manusia. Biasanya hal ini sangat berpengaruh pada orang berusia diatas 40 tahun. Untuk mengatasinya dibutuhkan diet teratur dan mengonsumsi pil atau suntikan reguler.
British Dental Association (BDA) mengatakan bahwa segala yang terjadi di tubuh manusia selalu bisa dihubungkan dengan penyakit gangguan gigi. Oleh karena itu, bukan tidak mungkin bahwa diabetes hanya salah satu gangguan kesehatan yang ada hubungannya dengan penyakit gigi.
BDA juga menyarankan agar setiap orang membiasakan menggosok gigi dua kali sehari dengan pasta gigi flouride serta mengunjungi dokter gigi secara reguler.
Sebagai informasi tambahan, lebih dari 200 juta penduduk dunia menderita diabetes. Dari hasil penelitian epidemologi, 2,4-3,75 juta penduduk Indonesia menderita diabetes melitus.
Penulis
drg. Chairunnisa Amarta Sp.BM,MNLP
Dokter gigi spesialis bedah mulut, dosen, penulis buku dan praktisi hypnodontia.
Tulisan ini disari dari bukunya ‘Hypnodontia, Wawasan baru perawatan gigi’.